Aku Rindu (Cerpen)
Aku Rindu
Aku menggoreskan tinta di saat warna merah jambu sudah mulai menampakan keindahannya. Aksara ini ku buat untukmu yang sudah ku lukis di kanvas hatiku. Kini ku merindukanmu. Beda sama yang lain aku rindu lengkungan bulan sabit wajahmu. Nggak ada lagi Kini ku dengar bisikan lembut mu bisa membangunkanku jika suara adzan subuh " ayo bangun sayang, adzan subuh memanggilmu Ayo kita salat." dan tak ada lagi kudengar suara di alam siangmu "Ayo makan nanti sakit perut!" suaranya begitu lantang namun terkadang aku mengabaikannya. Pada akhirnya suara itu membuatku semakin rindu.
Cuaca cerah matahari bersinar terang di atas kepala. Siang itu pukul 12.30 WIB aku Dan Kamu sedang asyik melihat orang di layar TV, adakalanya orang gila itu menunjukkan atraksi yang membuat glora tawa di antara kita berdua. Lagi-lagi Aku rindu suara Tawamu seakan letih mau tidak terlihat.
Malam Desa tangisan semesta yang dingin, kamu pernah bilang dengan bisikan lembut mu " jangan putuskan doa di akhir salat mu, doakanlah diriku supaya sehat selalu." katanya itu. Aku mendengar dan tersenyum serta memberi anggukan menjadi jawabanku. "Maafkan aku yang terkadang membuatmu letih, marah, kecewa, dan apapun itu aku minta maaf."
Namun saat ini kamu jauh dariku, sudah berapa hari ini aku rindu akan kehadiranmu. Disaat aku pulang sekolah yang biasanya begitu Aku mengucapkan salam di depan pintu lalu aku mencarimu dan ternyata ada di tempat dimana kamu di meja koki.
Dan akhirnya aku tahu kamu lagi berjuang untukku melawan kerasnya sakit yang begitu perih. Disaat kamu merintis Sakit hatiku tergores, mataku panas menahan air mata. Aku ingin berkata " aku rindu dan aku sayang denganmu " tapi apapun dayaku transaksi kata yang terbata-bata aku hanya ingin memelukmu.
Aku rindu. Lekaslah sembuh Ibu dan ibu bisa pulang dari penjara bau obat-obatan doaku selalu menyebut namamu. Semangat, mari kita berdua sama-sama anakmu ini masih menunggumu ibu. Ibu, sedikit ku Jelaskan melalui Goresan Cinta ini tentang aku dan kamu ibu, agar seisi dunia tahu, lihatlah keras kepalaku Sama denganmu begitu juga cara Ibu marah dan cara ibu tersenyum kita seperti detak jantung yang saling bertaut karena nyawaku nyala karena denganmu.
Tak dapat ku merangkai kata mengucapkan Betapa Aku sayang dan rindu padamu. Semesta mulai mereda dari tangisannya, goresan Cinta ini sudah di ujung penghabisan tapi tidak dengan rinduku. Lihatlah lukisan semesta begitu indahnya.
Karya : Suci Nurzazili Herda
Kelas : XII IPA 3
Tahun : 2022
Komentar
Posting Komentar